a

Indonesia sedang Menuju ke Kematangan Demokrasi

Indonesia sedang Menuju ke Kematangan Demokrasi

JAKARTA (21 September): Kekecewaan masyarakat di negara-negara berkembang tentang praktik demokrasi masih terjadi. Kekecewaan paling puncak yang tidak bisa terbendung lagi itu utamanya ditujukan kepada partai politik.

Padahal, seburuk apapun kondisi yang terjadi tidak lantas harus membuang demokrasi ke keranjang sampah. Justru yang harus dilakukan adalah memaksa para manusia politik untuk terus merestorasi, mempertanyakan, menyegarkan, dan mengubah tatanan demokrasi.

Demikian paparan Ketua Fraksi Viktor Bungtilu Laiskodat dalam kuliah umum di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta, Selasa (20/09).

“Kualitas demokrasi mau tidak mau harus dimulai dari pembicaraan tentang kualitas partai politik. Partai politik penentu kualitas demokrasi. Jika partai politik mati, maka demokrasi pun mati. Dengan kata lain, demokrasi berkembang baik karena partai politik dengan berkembang baik pula,” ujarnya.

"viktor-bungtilu-laiskodat-fraksi-nasdem-komisi-i-ntt-kuliah-umum-politik-indonesia-uki-cawang"

Lebih lanjut Viktor menjelaskan, kualitas sebuah partai politik ditentukan dari seberapa modern partai politik diurus. Artinya, partai politik didesak untuk mengikuti kondisi sosial masyarakat yang telah berubah. Tidak berhenti di sana, fungsi partai sebagai penggerak demokrasi didorong untuk melakukan demokratisasi internal partainya.

“Diskursus tiada akhir tentang demokrasi mencakup nilai-nilai, mutu, karakter dan lain sebagainya. Ketika demokrasi berada pada posisi chaotic, inclusifitas, itu wajib ditandai oleh hadirnya partai-partai dengan nilai-nilai tadi sebagai pengontrol berjalannya pemerintah yang seimbang,” paparnya.

Demokrasi, bagi Viktor, merupakan alat dan seni pembuatan keputusan kolektif. Di Indonesia, untuk memutuskan sebuah kesepakatan bersama bukan dengan voting, tapi musyawarah untuk mufakat. Nilai khas itu yang sering kali alpa dalam setiap proses politik di DPR. Menurutnya, keputusan kolektif itu bukan terkait kemenangan dalam voting, tapi memutuskan hal yang paling substansial dengan sistem musyawarah.

Menurutnya, jika voting menjadi satu-satunya cara untuk menghasilkan sebuah keputusan maka Indonesia akan bubar dengan sendirinya. Padahal Indonesia berdiri di atas banyak agama, suku, dan golongan. “Ingatlah ketika tim perumus kemerdekaan itu menggunakan musyawarah untuk mufakat, bukan dengan voting,” imbuhnya, seperti dirilis fraksinasdem.org.

Tugas berat lainnya dalam mencapai demokrasi esensial adalah mencerdaskan kehidupan rakyat seperti yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.

“Demokrasi akan hadir dalam kondisi yang ideal ketika rakyat yang sudah terdidik. Jika tidak maka chaotic demokrasi yang terjadi. Indonesia masih menuju ke sana, maka dinamikanya pun sangat kencang, kadang juga terjadi turbulansi,” pungkasnya.(*)

Add Comment