a

Keutamaan Niat sebagai Konsekuensi Attitude dan Jati Diri Seseorang

Keutamaan Niat sebagai Konsekuensi Attitude dan Jati Diri Seseorang

Oleh: Habib Mohsen Hasan Alhinduan

Anggota Dewan Pakar Pusat Partai NasDem

 

SESUNGGUHNYA segala perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Apa niat itu? niat adalah inti dari sebuah perbuatan yang menjadi tolok ukur baik buruknya perbuatan tersebut.

Menurut Teori Perilaku Terencana (TPB), niat (intention) adalah representasi kognitif dari kesiapan seseorang untuk melakukan perilaku atau tindakan tertentu, dan niat ini dapat digunakan untuk ukuran perilaku atau tindakan seseorang.

Pengertian niat menurut syariat Islam adalah keinginan untuk melakukan sesuatu yang diikuti dengan perbuatan.

Banyak ibadah dalam Islam yang menempatkan niat sebagai rukun pertama. Jika tidak berniat, maka ibadahnya tidak sah dan harus mengulanginya lagi.

Niat lebih utama dibandingkan amal itu sendiri disebutkan dalam sebuah hadist: Niyyatul mukmin khairun min amalihi, artinya niat seorang mukmin lebih baik dari perbuatannya.

Seorang ulama ternama syaikh alhabib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah menjelaskan tiga hal tersebut.

1. Berniat Baik dan Ingin Mengerjakannya

Orang yang berniat melakukan suatu amal kebaikan lalu mengamalkannya, maka orang tersebut akan diberikan pahala berlipat-lipat, mulai dari 10 kebaikan, 700 kebaikan, dan seterusnya. Hal ini didasarkan dari Hadist Nabi Muhammad yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang artinya sebagai berikut:

Dan apabila seseorang berniat melakukan sesuatu kebaikan lalu mengamalkannya, Allah ‘azza wa jalla akan mencatat pahalnya di sisi-Nya sebagai perbuatan 100 kebaikan sampai 700, bahkan berlipat-lipat ganda banyaknya.

2. Berniat Baik Tetapi Tidak Melakukannya

Seseorang yang berniat melakukan suatu amal kebaikan dan mampu melakukannya tetapi tidak jadi melakukannya, maka orang tersebut diberikan pahala satu kebaikan saja. Hal ini didasarkan dari hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang artinya sebagai berikut:

Maka apabila seseorang berniat melakukan sesuatu kebaikan lalu tidak jadi melaksanakannya, Allah akan mencatat pahalanya di sisi-Nya satu kebaikan sempurna.

3. Berniat Baik Tetapi Tidak Mampu Melakukannya

Seseorang yang berniat melakukan suatu amal kebaikan tetapi ternyata tidak mampu melakukannya, maka orang tersebut akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mampu melakukannya.

Selain dari tiga hal tersebut, ada satu hal lagi yang menjadi penegasan bahwa niat lebih utama dibandingkan amal itu sendiri.

Ketika ada seseorang yang sudah berniat melakukan kemaksiatan tetapi urung melakukannya, ia akan mendapatkan pahala dari Allah karena telah mengurungkan niatnya.

Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim:

Dan bila seseorang berniat melakukan suatu kejahatan lalu ia tidak melaksanakan, Allah akan mencatat pahalanya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan sempurna, dan bila ia berniat melakukan suatu kejahatan kemudian melaksanakannya pula, maka Allah akan mencatatnya di sisi-Nya sebagai satu kejahatan.

Adapun niat tempatnya di dalam qalbu (hati) termasuk perbuatan hati maka tempatnya adalah di dalam hati, bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara otomatis tertanam di dalam hatinya.

Kedudukan niat sangat menentukan kualitas perbuatan ibadah dan hasil yang diperolehnya karena niat itu jiwa perbuatan, pedoman, dan kemudinya.

Menurut jumhur (mayoritas) ulama, niat itu wajib dalam ibadah. Niat merupakan syarat sah suatu ibadah.

Hikmah dan kegunaan disyariatkannya niat, antara lain untuk membedakan antara ibadah dalam arti khusus (mahdah) dan perbuatan lainnya atau antara perbuatan yang disyariatkan dan perbuatan lainnya yang berupa kebolehan saja.

Seperti menahan diri dari makan dan minum dengan niat melaksanakan puasa berbeda dengan sekadar untuk menjaga kesehatan tubuh (yang tidak perlu memakai niat).

Allah tidak memandang seseorang berdasarkan kondisi fisik dan rupanya. Melainkan kepada hatinya. (HR Muslim).

Àn Nùkman bin Bashir radiallahu anhuma qaala: Samiìtu Rasulallahi sallallahu àlaihi wa àlihi wasallam yaquulu alaq wa inna filjasadi mudhghotun idza sholuhat sholuhaljasadu kullihi, wa idza fasadat fasadal jasadu kulluhu, alaa wa hiyyal galbu. Muttafaqun alaihi

Dari Nukman Bin Bashir Radiallahu Anhuma berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda ketahuilah di dalam tubuh kita ada segumpal daging, dan jika segumpal daging itu baik, maka sekujur tubuh kita dhohir dan batin baik. Jikalau segumpal daging itu rusak, maka akan rusak semuanya, tahukah kamu itulah yang disebut hati.

Niat akan menghasilkan konsekuensi positif artinya mampu memberikan dorongan mental yang baik dan kepercayaan diri seseorang karena menganggap dirinya mampu melakukan dan mencapai sesuatu dengan menyelesaikan yang baik.

Begitu juga niat akan mencerminkan attitude seseorang sikap dan perilaku yang anda kerjakan setiap harinya bagaimana di saat anda berbicara, bertindak, memperlakukan orang lain semua itu adalah cerminan dari apa yang anda pikirkan dan niatkan dengan attitude juga seseorang akan mempengaruhi keberhasilan seseorang di masa depannya.

Di samping itu juga, niat itu akan membentuk jati diri seseorang yang mencakup karakter, sifat, watak, dan kepribadian.

Bisa dibilang juga jati diri adalah segala hal tentang diri kita. Dengan proses yang panjang dan penuh lika-liku, jati diri secara alami akan ada di dalam diri kita, baik itu saat usia muda maupun dewasa.

Membiasakan niat yang baik di setiap perbuatan akan berdampak positif kepada perbuatan seseorang sehari-harinya, sebaliknya niat buruk akan mencerminkan kepada seseorang sikap yang kurang baik juga.

Alhasil, niat itu pekerjaannya hati, jika baik pasti hasilnya baik dan jika buruk akibatnya akan buruk pula. Kaidah ilmu usul fiqih menyatakan alumuuru àla maqasidhihaa artinya setiap persoalan itu tergantung kepada niatnya.

Bagaimana jadinya jika seseorang berbuat tanpa niat adalah nonsen. Semoga Allah SWT meluruskan niat kita dalam setiap perbuatan supaya hidup kita bahagia. Aamiin. (WH)

Add Comment