a

Introspeksi Diri di Bulan Ramadan Agar Tidak Merugi

Introspeksi Diri di Bulan Ramadan Agar Tidak Merugi

Oleh: Habib Mohsen Hasan Alhinduan

Anggota Dewan Pakar Pusat Partai NasDem

 

TARHIB menyambut bulan suci Ramadan 1444 Hijriah ini memiliki adab dan tatacara, seorang muslim selayaknya sudah mempersiapkan jauh hari bagaimana tata cara menyambut bulan yang akan memberi maghfiroh (ampunan), rahmat (kasih sayang) dan itqun minannar (selamat dari siksaan api neraka).

Kita menyadari diberi kehidupan oleh Allah SWT selama satu tahun atau dua belas bulan di mana kita mampu melakukan berbagai macam kesibukan tanpa mengenal lelah.

Rutinitas pekerjaan dilakukan sejak bangun tidur, bangun di pagi hari mempersiapkan program pekerjaan, berlibur pada hari libur, bersilaturrahim kepada saudara atau sahabat, berwisata, beribadah dan lain sebagainya secara rutin dilakukan.

Akan tetapi kebanyakan kita kurang fokus menjaga keseimbangan bagi diri kita dari sisi dhohir dan batin, pada umumnya kita mengutamakan sisi dhohir saja (jasadiyah) dibanding batiniah (ruhaniah) akibatnya kepincangan yang terjadi dalam menjalani hidup ini.

Kurang introspeksi terhadap diri sendiri berakibat merugikan dalam menjalani kehidupan lupa terhadap Allah SWT yang menciptakan diri kita ini yang melengkapi semua fasilitas kebutuhan hidup kita sejak berada di dalam rahim ibu hingga kita lahir dan menghadapi ajal.

Bulan Puasa Ramadan mengandung makna pembinaan ruhaniah, jasadiah dan fikriah, meningkatkan juga instrospeksi terhadap diri sendiri, melakukan evaluasi sistem kerja selama setahun, melakukan koreksi hubungan antara jasadiah dan ruhaniah, antara sesama manusia dan antara diri sendiri sebagai makhluknya dengan penciptanya yaitu alkhalik Allah SWT.

Persiapan diri dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan sewajarnya harus keseluruhan yaitu jiwa dan raga kita, karena hubungan kita dengan Allah SWT bukan hanya fisik atau hanya ruh (psikis) saja akan tetapi hubungan diri kita dengan Maha Pencipta Alam Semesta harus dengan fisik dan psikis kita (jasadiah dan ruhaniah) supaya memberi hasil sempurna.

Seperti yang dilakukan oleh Nabi Besar Kita Muhammad SAW di saat melakukan isra’ dan mi’raj berjumpa dengan Allah SWT dengan jasad dan ruhnya artinya berhubungan dengan Allah SWT seorang hamba harus dilakukan oleh kedua unsur itu, atau bahkan dengan fikir juga.

Sebagai hikmah yang terkandung amalan puasa Ramadan yaitu amalan hanya bisa dilakukan selama di bulan suci Ramadan saja sebanyak tiga puluh hari.

Waktu sebulan kesempatan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai persiapan menghadapi perjalanan ke depan selama dua belas bulan dan berusaha bertemu lagi bulan Ramadan yang akan datang.

Rasulullah SAW bersabda: Berpuasa Ramadan dengan persiapan yang sungguh, akan berjumpa bulan Ramadan yang berikutnya diberi ampunan dosanya dan selalu dilindungi oleh Allah SWT.

Sikap seorang muslim seperti itu akan mengalami kenaikan peringkat keimanan yang lebih tinggi.

Al-Quran menyatakan: Wahai orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadan) seperti yang telah diwajibkan atas umat sebelum kamu, supaya kamu semakin bertakwa.

Semakin bertakwa artinya dirimu lebih berkualitas dibanding sebelumnya.

Bukan sekadar takut kepada Allah SWT di saat kamu susah, atau kenal Allah SWT hanya di bulan Ramadan saja, tapi kenalilah Dia itu sepanjang masa selama hayat dikandung badan.

Berkata orang sufi: Ciptakan dirimu sebagai kepribadian robbani (mengenal Allah SWT sepanjang masa) dan jangan ciptakan dirimu hanya mengenal-Nya dibulan Ramadan saja.

Tarhib Ramadan wajib memiliki niat tulus dan kesungguhan mempersiapkan untuk melakukan perubahan yang lebih baik supaya menjadi khalifahNya dibumi ini.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib hambanya sehingga hambanya berusaha memiliki itikad dan sungguh-sungguh untuk mengubah dirinya sendiri kepada yang lebih baik.

Selamat menjalani puasa Ramadan semoga selalu di bawah naungan rahmatNya. Aamiin.

(WH)

Add Comment