Turunkan Stunting, Irma Harap Program PMT Ibu Hamil Dibuat Efektif, Serius
JAKARTA (28 Januari): Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Irma Suryani menilai kualitas program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil periode 2019-2022 paling buruk. Banyak makanan yang sudah berjamur.
“PMT periode 2019-2022 ini menurut saya yang paling buruk. Jamuran, rasanya enggak benar, kualitasnya buruk. Wajar kalau Pak Presiden bicara begitu. Saya juga tahu kok, Pak Menteri pakai mulut Pak Presiden untuk menghentikan PMT. Kemudian mau masukkan program kalian yang antah berantah itu (PMT Pangan Lokal). Rakyat dikumpulin di satu tempat, dikasih telur? Berapa kali sehari kasih telur? Terus mereka datang dari rumah ke Puskesmas? Mau diapain telur itu di Puskesmas?,” kata Irma saat Rapat Kerja Komisi IX DPR RI dengan Menteri Kesehatan di ruang rapat Komisi IX DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (26/1).
Baca juga: Berat Turunkan Stunting di Bawah 14%, tapi Harus Direalisasikan
Legislator NasDem dari Dapil Sumatra Selatan II (Kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Muaraenim, Lahat, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Ilir, Empat Lawang, Kota Pagar Alam, Kota Prabumulih, dan Penukal Abab Lematang Ilir) itu menjelaskan, produk PMT tahun 2019 merupakan produk yang tidak terkontrol dengan baik kualitasnya. Bahkan, berdasarkan laporan yang ia dapatkan, ada biskuit yang merupakan produk dari PMT itu ketika sampai di Puskesmas daerah, sudah dalam kondisi berjamur, rasanya yang tidak enak, dan kualitasnya rendah. Hal itu perlu menjadi perhatian utama Kemenkes untuk segera dibenahi agar proyek penurunan angka stunting dapat tercapai dengan maksimal.
“Program PMT Pangan Lokal merupakan program yang kurang efektif, karena mengeluarkan lebih banyak biaya dan belum tentu bisa menyentuh ke seluruh daerah di Indonesia,” jelas Irma.
Apabila ingin membenahi program PMT, tambah Irma, daripada menggunakan telur ayam yang cepat busuk dan susah dalam pendistribusiannya, lebih baik menggunakan bahan dasar susu dan ikan makarel yang sudah terjamin kualitas dan ketahanan bahannya.
“Ini mau nurunin stunting atau mau cari duit? Saya tanya, siapa yang berdiri di depan sini yang berani tanggung jawab. Telur itu enggak pecah? Berani tanggung jawab ini sampai ke masyarakat?. Kemarin saya bicara di media. Seluruh media saya kirim. Saya bilang kalau memang mau dibenerin, beri susu, ganti itu biskuit dengan susu, (dengan) ikan makarel, jangan telur. Kasih itu protein hewani, kalau telur nanti korporasi lagi yang nguasain pengirimannya ke daerah-daerah. Mau turun dari mana stuntingnya?” papar Irma.
Irma berharap agar program PMT ibu hamil dibuat efektif dan sungguh-sungguh, demi menurunkan angka stunting di Indonesia.
Seperti diketahui, Program PMT Pangan Lokal merupakan program baru dari Kemenkes yang sedang di-pilot project-kan di 16 kabupaten prioritas. PMT Pangan Lokal ini menjadi pengganti dari program PMT biskuit dengan konsep pemberian makanan lengkap sekali makan untuk ibu hamil dan balita yang berasal dari bahan pangan atau makanan yang tersedia dan mudah diperoleh di wilayah setempat. (dpr.go.id/*)