a

Perlu Penguatan Diri Hadapi Ketidakpastian

Perlu Penguatan Diri Hadapi Ketidakpastian

DENPASAR (14 November): Potensi diri dan potensi sosial harus diaktifkan untuk menata peradaban baru yang harmoni dan inklusif dengan orientasi membangun masa depan bersama.

“Untuk mengaktifkan kembali potensi diri dan potensi sosial dibutuhkan upaya menyelami diri, menyelami kedalaman relasi sosial, menanam kesadaran dan pengetahuan yang memungkinkan manusia menata diri, menata kehidupan sosial dan menata peradaban baru yang harmoni, inklusif dengan orientasi masa depan bersama,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat memoderatori diskusi dan memberi pengantar singkat untuk membuka pemaparan Otto Scharmer bertema Activating the Social Field for Our Common Future pada Tri Hita Karana Forum di Kampus United in Diversity (UID), Denpasar, Bali, Senin (14/11).

Otto Scharmer, adalah pakar sistem dan manajemen, penemu dan pengembang U-Theory, co-founder Presencing Institute, pengajar senior pada Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.

Menurut Lestari Moerdijat yang juga doktor di bidang ilmu manajemen dari Universitas Pelita Harapan Jakarta itu, situasi kini penuh dengan ketidakpastian dengan ragam katastrofe dan tantangan, terkadang bahkan sering kita tidak dapat menyelesaikan bermacam persoalan penting dalam kehidupan.

“Penguatan diri dengan segala kelebihan dan kekurangan adalah keharusan dalam menghadapi ketidakpastian saat ini,” ujar Rerie, sapaan akrab Lestari.

Baca juga: Forum W20 Jadi Corong Suarakan Persoalan Perempuan

Tindakan manusia, jelas Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai NasDem itu, senantiasa bersumber dari pengetahuan pada diri sendiri dan orang lain. Pengetahuan akan seluruh diri itu membentuk karakter.

Upaya berbagi informasi, ungkap anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, merupakan salah satu cara penyampaian tentang sesuatu yang diketahui untuk mereduksi knowing-doing gap.

Otto Scharmer menyebut salah satu akar masalah yang kita hadapi saat ini adalah adanya kesenjangan antara apa yang diketahui dan apa yang harus dilakukan (knowing-doing gap).

Sehingga, kata Rerie, anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah II (Demak, Kudus, Jepara) itu, yang dibutuhkan setiap individu adalah pengetahuan terkait apa yang diketahui dan apa yang ingin diciptakan.

Menurut Rerie, upaya bersama perlu dilakukan dengan visi masa depan bersumber dari konsep dan metode tepat, belajar dari setiap peristiwa terkini agar mampu mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik.

Dalam upaya bersama itu, tambah Rerie, setiap individu dan komunitas menanam inisiatif baik, membiarkan setiap bibit bertumbuh dari inner source masing-masing untuk membentuk sebuah peradaban yang lebih manusiawi.(*)

Add Comment