Waspadai Pertumbuhan Semu Dampak ‘Commodity Boom’
JAKARTA (8 Agustus): Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Charles Meikyansah meminta pemerintah mewaspadai adanya situasi pertumbuhan semu sebagai dampak ledakan harga komoditas (commodity boom) yang sangat tinggi.
“Kita tidak boleh terlena karena bisa jadi ini merupakan pertumbuhan yang semu akibat commodity boom, bahwa harga komoditas melambung tinggi, sedangkan output yang kita hasilkan sebenarnya relatif tidak berubah,” ungkap Charles, Jumat (5/8).
Apa yang disampaikan Charles menanggapi laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat terjadi pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,44% pada Kuartal II Tahun 2022.
Meski demikian, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI tersebut menilai capaian pertumbuhan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa perekonomian domestik memiliki ketahanan yang cukup kuat. Selain itu, mobilitas yang relatif tinggi karena kebijakan pengendalian Covid-19 yang diterapkan tidak seketat negara lain, juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Legislator NasDem dari Dapil Jawa Timur IV (Lumajang dan Jember) itu menegaskan, capaian Indonesia pada titik pertumbuhan ekonomi 5,44% pada kuartal II merupakan bentuk keberhasilan Indonesia dalam mengelola perekonomian, yaitu menyeimbangkan antara demand (permintaan) dan supply (penawaran).
“Tingkat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan perbaikan setiap triwulannya menjadi bukti optimisme untuk terhindar dari resesi. Namun, perlu diingat bahwa pemerintah tetap harus hati-hati dalam membuat kebijakan, mengingat adanya tekanan inflasi global dan risiko resesi global yang disebabkan pengetatan moneter yang agresif di Amerika Serikat dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina,” kata Charles.
Indonesia, katanya, memang diprediksi hanya memiliki potensi resesi sebesar 3%. Angka itu memang tergolong rendah, tetapi ini bukan berarti Indonesia aman dari ancaman resesi.
“Perekonomian yang semakin terintegrasi melalui jalur perdagangan dan keuangan membuat potensi shock yang menyebabkan resesi dapat terjadi kapan saja. Resesi sebenarnya merupakan sesuatu yang lumrah terjadi dalam siklus bisnis perekonomian asalkan jangka waktunya tidak lama dan berkepanjangan,” jelas Charles.
Sebelumnya, BPS melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,44% pada Triwulan II-2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Dengan demikian kinerja ekonomi Triwulan II-2022 sudah lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Hal itu menandakan pemulihan ekonomi yang berlangsung sejak Triwulan II-2021 terus berlanjut dan semakin menguat.(dpr.go.id/*)