a

Beri Ruang Generasi Muda Berpolitik

Beri Ruang Generasi Muda Berpolitik

MEDAN (17 April): Hegemoni, laku koruptif, dan dagelan politik yang dipertontonkan politikus, membuat politik sangat buruk di mata generasi muda.

Hal tersebut disampaikan Ketua DPW Garda Pemuda NasDem Sumatera Utara, Defri Noval Pasaribu dalam webinar forum diskusi publik yang digelar Gerakan Pemuda NasDem dan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemkominfo, Jum’at (16/4).

“Harus diakui, citra politik hari ini sangat buruk di pandangan kaum muda. Politik kotor, buruk, korup bahkan oligarki. Karena memang hal itu yang dipertontonkan para pelaku politik. Perebutan kuasa, sandiwara, dan dagelan politik muncul di media massa,” kata Defri.

Laku buruk politisi di media massa itu, menurut Defri, membuat generasi muda menjadi apatis melihat politik. 

“Padahal, dalam segala aspek, kaum muda hidup dalam arus politik. Mulai lahir sampai mati nanti. Semua adalah produk politik,” tambahnya.

Menurut Defri, dirinya mengalami dan pernah merasakan bahwa politik itu buruk.  “Banyak senior saya di partai terdahulu ketakutan dengan kehadiran kaum muda. Mereka melihat kaum muda sebagai saingan bagi kekuasaan mereka,” ujarnya.

Hegemoni seperti ini, lanjut Defri, harus dihilangkan dari ruang politik di negeri ini, khususnya pada partai-partai politik. 

“Beri ruang dan kesempatan bagi generasi muda untuk masuk dan berpolitik. Jika tidak, generasi muda akan mencari saluran politik lain dan terpengaruh dengan paham – paham antidemokrasi dan radikalisme,” jelasnya.

Selain itu, Defri berharap negara hadir dalam pendidikan politik generasi muda. “Negara harus hadir memberikan pendidikan politik pada anak muda dimulai dari usia sekolah menengah atas sehingga menjadi proteksi bagi anak muda dari paham-paham radikalisme. Pemerintah juga harus mencabut kebijakan terhadap larangan berpolitik di sekolah dan kampus,” katanya.

Selain itu generasi muda juga harus berani masuk dan berkecimpung dalam arus politik nasional sebagai proteksi diri dan antisipasi bagi kaum milenial agar terhindar dari paham radikalisme dan paham yang dapat merusak demokrasi di Indonesia.

“Anak muda harus masuk ke dalam politik, karena negara ini butuh anak muda yang punya modal kejujuran, idealisme, keberanian dan integritas yang tinggi untuk bisa memperbaiki banyak hal sebagai upaya untuk membawa ke luar bangsa ini dari segala macam masalahnya,” tegas Defri.

Menurut dia, dada dasarnya generasi muda telah masuk dalam arus politik. Cuitan, komentar di media sosial, termasuk dalam aspirasi politik. Namun generasi muda terkadang tidak menyaring berita yang datang, hoaks dan berita palsu langsung dikonsumsi. 

“Disinilah pentingnya generasi muda melek politik. Politik dalam era digital mengharuskan anak muda mempunyai daya kritis yang tajam guna dapat memilah berita-berita, sehingga anak muda tidak menjadi bagian yang ikut percaya terhadap berita hoax yang sangat banyak disajikan,” ujar Defri.

Jika Indonesia dapat memanage pendidikan politik, sambung Defri, maka Indonesia akan menjadi negara kuat bahkan terbesar di dunia. 

“Ke depan Indonesia memiliki generasi muda yang melimpah. Ini adalah bonus demografi bagi Indonesia. Jelang 100 tahun kemerdekaan Indonesia, harus menjadi momentum bagi anak muda untuk mengambil alih kepemimpinan mulai dari tingkat pusat sampai daerah guna memastikan Indonesia dipimpin generasi emas yang jujur dan amanah,” jelas Defri. 

Diskusi itu dihadiri anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai NasDem, Kreshna Dewanata Phrosakh, Komisioner KPI Pusat, Yuliandre Darwis.(RO/*)

Add Comment