a

Menteri Siti Nurbaya Ajak Semua Pihak Perbaiki Lingkungan Hidup

Menteri Siti Nurbaya Ajak Semua Pihak Perbaiki Lingkungan Hidup

TEGAL (17 November): Analisis dampak perubahan iklim menunjukkan jumlah lahan hutan yang kritis sekurangnya ada 14 juta hektare (Ha). Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, mengingatkan semua pihak bahwa tidak ada pilihan lain harus memperbaiki lingkungan hidup. 

"Kita harusnya sudah menanam pohon kembali sebanyak 800 ribu hektare, namun saat ini baru 23 ribu hektare," ujar Siti Nurbaya, seusai meninjau kesiapan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Tahun 2019 di Petak 49AI Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pekalongan Barat, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Hawa Tengah, Sabtu (16/11) sore.

Politisi NasDem yang dipercaya kembali menjadi Menteri LHK itu mengatakan di masa lalu pemerintah hanya menyiapkan dana APBN untuk penanaman kembali pohon sebanyak 23 ribu batang/Ha. Akan tetapi, sekarang anggaran meningkat sepuluh kali lipat menjadi 230.000 batang/ Ha.

"Ini perintah langsung Pak Presiden. Kita harus sudah mulai melakukan penanaman pohon kembali secara besar-besaran," ujarnya.

Siti menuturkan untuk bisa mewujudkan penanaman pohon kembali menjadi kenyataan harus  diperhatikan mulai dari penyemaiannya. 

"Karena itu saya datang ke sini bersama teman-teman kementerian ingin memberikan informasi apakah pembibitan atau menyemaian bibit pohon sudah dilakukan dengan baik apa belum," tuturnya.

Menteri LHK itu mengatakan kalau nanti hasil persemainnya baik akan dilanjutkan dengan penanaman pohon secara besar-besaran. 

"Kita menargetkan penanaman kembali nanti  sampai di atas 1 juta batang bibit pohon," jelas Siti.

     

Di luar program tersebut, tambah Siti, pihaknya sudah 2 sampai 3 tahun ini mengajak setiap warga untuk menanam 25 pohon sejak mulai SD, SMP, SMA sampai kemudian menikah. 

"Bibit pohonnya sudah kita siapkan di badan-badan persemaian," jelasnya.

Dia merinci saat ini ada 14 juta Ha lahan yang mengalami kritis yakni di 15 daerah aliran sungai antara lain Sungai Citarum, Ciliwung, Cimanuk, Bengawan Solo, Brantas dan Sungai Serayu.

   

"Termasuk di Sulawesi Selatan, Bima dan Bengkulu yang kemarin banjirnya gede," katanya.

Menurut Siti sekaranag kalau ada bencana-bencana pihaknya langsung turun ke lapangan untuk melihat apa penyebabnya. Apa memang kondisi fisik, apakah ada orang di atasnya atau ada illegal loging.

    

"Yang paling banyak penyebab terjadinya kerusakan-kerusakan lahan karena adanya praktek-praktek penanaman yang tidak sesuai aturan. Misalnya menanam yang seharusnya sejajar dengan kontur tanah tapi lurus sehingga ketika ada hujan tanahnya terus jatuh atau longsor," pungkasnya. (MI/A-4/*)

Add Comment