a

Mengapa Partai NasDem?

Mengapa Partai NasDem?

Mengapa Partai NasDem?

Oleh:  Gantyo Koespradono, Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

HARI ini, Minggu (11 November 2018), Partai NasDem berusia 7 tahun. Sampai sedemikian jauh, banyak pertanyaan yang dialamatkan ke partai ini, antara lain mengapa banyak tokoh politik yang hijrah ke partai tersebut?

Pertanyaan lain mengapa puluhan artis bersedia bergabung ke NasDem dan bersedia dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, berkontestasi pada Pemilu Serentak 2019?

Mengapa parpol yang relatif baru dan ketika ikut pemilu pertama kali pada 2014 langsung mendapatkan 36 kursi di DPR-RI padahal banyak lembaga survei saat itu mengeluarkan data elektabilitas NasDem tak pernah beranjak dari angka 2 persen?

Mengapa Partai NasDem berani melawan arus dalam proses demokrasi dengan menjunjung tinggi politik tanpa mahar dalam proses rekrutmen calon kepala daerah dan calon anggota legislatif (caleg)?

Mengapa keluarga besar (kader) Partai NasDem tetap militan dan optimistis dalam menyambut Pileg 2019, kemudian bertekad masuk dalam tiga besar dengan perolehan 100 kursi, padahal elektabilitasnya, berdasarkan survei terbaru beberapa lembaga survei tidak pernah menembus angka 5 persen?

Masih banyak pula yang memertanyakan apa itu restorasi yang diperjuangkan NasDem untuk menjadikan Indonesia ke depan jauh lebih baik daripada saat ini?

Sebelum saya lanjutkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, saya perlu perkenalkan diri dulu bahwa saya adalah seorang dosen. 

Untuk Anda ketahui, saya dicalegkan oleh Partai NasDem di Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah 2 yang meliputi kabupaten Demak, Kudus dan Jepara. 

Meskipun tak penting, boleh jadi Anda pun bertanya mengapa saya dan juga mereka yang sebelumnya tak pernah berpartai bersedia mencalonkan diri menjadi anggota DPR lewat partai ini?

Setelah saya berkiprah dan mengenal partai ini — terutama setelah menjadi caleg –, saya akhirnya menemukan jawaban terhadap sebagian pertanyaan-pertanyaan di atas.

Mengapa saya dan juga eks-tokoh partai lain bersedia dicalonkan oleh Partai NasDem menjadi anggota DPR-RI ikut dalam kontestasi Pemlu Serentak 2019? Mengapa partai ini menjadi tumpuan rakyat yang rindu NKRI tetap utuh?

Pertama-tama, jawaban sederhana namun paling logis atas pertanyaan-pertanyaan itu adalah menyangkut sosok ketua umumnya, Surya Paloh. Saya berpendapat laki-laki ini sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Surya Paloh tak punya ambisi untuk menjadi presiden atau wakil presiden. Munafik? Terserahlah kalau Anda berkesimpulan demikian.

Jika pun dia punya ambisi, yang pasti ambisinya adalah  menjadikan NKRI lestari sepanjang masa. Yang dia pikirkan saat ini adalah bagaimana partainya memenangi pemilu dan minimal punya 100 kursi di DPR.

Dengan begitu, partai ini nantinya bisa punya "kekuatan" untuk bersinergi bersama dengan presiden (tentunya jika Joko Widodo terpilih kembali menjadi presiden untuk periode 2019-2024). 

Surya Paloh dan Partai NasDem tak ingin sistem pemerintahan presidensial diganggu oleh DPR yang mengacu kepada hasil Pemilu 2014 terkesan atau ingin dikesankan oleh sebagian anggotanya sebagai lembaga paling hebat dan bisa menekan Presiden.

Aneh memang rasanya jika Presiden Jokowi yang oleh para tokoh dunia diakui sukses memimpin negeri ini — mereka kemudian memujinya — tapi para wakil rakyat di DPR tidak memberikan apresiasi dan bahkan memberi angin kepada kelompok oposisi untuk membenci dan menihilkan apa yang sudah dilakukan pemerintahan Jokowi.

NasDem serius ikut ambil bagian dalam Pemilu Serentak 2019 karena ingin sistem ketatanegaraan yang selama ini terselewengkan tertata kembali.

Partai NasDem juga tidak ingin tatanan demokrasi yang praktiknya telah menyimpang dari cita-cita reformasi terus tercabik-cabik yang jika dibiarkan tidak saja akan semakin merusak demokrasi, tetapi juga mengancam persatuan, kesatuan dan persaudaraan di antara anak-anak bangsa.

Itulah sebabnya mengapa sejak berdiri tujuh tahun yang lalu hingga saat ini dan ke depan, Partai NasDem memerjuangkan bagi terwujudnya restorasi Indonesia. Restorasi Indonesia menjadi roh perjuangan partai ini.

Tidak bisa dimungkiri, banyak orang yang sampai sekarang masih bertanya-tanya apa itu restorasi?

Mengacu pada sejarah bangsa Jepang — bangsa ini pernah terpuruk akibat Perang Dunia II dan bangkit menjadi maju seperti sekarang — juga pernah melakukan restorasi. Restorasi Meiji pada era tahun 1800-an telah membuka cakrawala bangsa Jepang sebagai bangsa pemenang.

Lalu restorasi seperti apa yang diperjuangkan Partai NasDem? Saya mencatat setidaknya ada empat niat dan tekad partai itu untuk menjadikan ke depan bangsa ini lebih baik.

Pertama, memperbaiki. Apa yang harus diperbaiki? Yaitu segala sesuatu yang selama ini rusak. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, ada sesuatu yang selama ini rusak, sehingga perlu diperbaiki.

 

Ini sekadar contoh. Seperti yang telah saya singgung di atas, pemerintahan kita sekarang bersistem presidensial, tapi faktanya DPR sangat berkuasa, sehingga presiden seperti bawahan DPR. Kerusakan ini harus diperbaiki. 

Wujud restorasinya adalah pengangkatan duta besar tidak perlu mendapat persetujuan DPR, sebab soal remeh temeh ini adalah tanggung jawab presiden. Begitu juga pengangkatan Kapolri, Panglima TNI dan selevel dengan itu, mengapa harus minta persetujuan DPR?

Contoh lain, selama ini pengangkatan Kapolri harus mendapat persetujuan DPR. Restorasi: Mengangkat kapolri tidak perlu persetujuan DPR, sebab ini merupakan hak presiden.

 

Kedua: mengembalikan. Apa yang harus dikembalikan? Segala sesuatu yang tidak pada tempatnya dikembalikan ke tempatnya. Contoh kasus: Partai gurem mencalonkan tokohnya menjadi presiden. Restorasi: mendukung/mencalonkan presiden dari partai yang meraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif. 

Maka saya bisa pahami jika Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pernah mengatakan partainya tidak akan mengajukan nama calon presiden jika tidak masuk tiga besar dalam Pemilu 2014.

 

Fakta sekarang: menghambur-hamburkan uang setiap pemilu digelar, terutama pemilu kepala daerah. Restorasi: melaksanakan pemilu yang ramah biaya. Pemilihan bupati dan wali kota cukup dilakukan oleh DPRD. Pemilihan langsung oleh rakyat hanya untuk memilih presiden dan gubernur dan dilakukan secara serentak.

 

Fakta sekarang: mental dan moral pejabat telah rusak. Perasaan malu para pejabat telah hilang, mencuri uang rakyat tanpa merasa berdosa, dan ketika ditangkap KPK, yang bersangkutan masih bisa tersenyum dan melambaikan tangan kepada wartawan. 

Restorasi: Hukuman bagi koruptor diperberat minimal 10 tahun; tidak ada remisi untuk terpidana korupsi. Membangun penjara di pulau terluar wilayah Indonesia khusus untuk para koruptor.

 

Ketiga: memulihkan. Seperti kita ketahui, bangsa ini mengidap banyak "penyakit". Penyakit tersebut ada di berbagai bidang kehidupan. Restorasi adalah salah satu cara untuk menyembuhkan dan memulihkan sesuatu yang sakit. 

Saya yakin Anda sependapat dengan saya bahwa hukum di negeri ini sudah sakit berat. Keadilan menjadi sesuatu yang langka dan hanya berpihak kepada mereka yang punya uang.

 

Contoh kasus: mantan polisi, jaksa, hakim dan anggota DPR yang bergelar sarjana hukum menjadi pengacara setelah tidak lagi menjabat. 

Restorasi: harus ada moratorium sekurang-kurangnya lima tahun bagi mereka untuk menjadi pengacara/advokat. Pengacara/advokat yang terpilih menjadi anggota DPR harus menutup kantornya dan boleh buka kembali setelah lima tahun begitu tidak terpilih lagi menjadi anggota DPR. 

Fakta sekarang: anggota DPR bisa dicalonkan menjadi hakim agung. Restorasi: anggota DPR tidak bisa dicalonkan menjadi hakim agung.

  

Keempat: mencerahkan. Restorasi Indonesia yang diperjuangkan Partai NasDem juga bertekad mencerahkan sesuatu yang selama ini suram. Contoh kasus: keutuhan berbangsa dan bernegara retak. Restorasi: memasukkan pendidikan multikultural dalam kurikulum. Menghentikan pemekaran wilayah pemerintahan daerah berbasiskan primordialisme.

 

Fakta sekarang: tingkat kemakmuran rakyat rendah. Restorasi: mendistribusi pusat pertumbuhan dengan mendekatkan industri/pabrik ke areal produksi bahan baku. Misal industri kayu ke Kalimantan, pembangkit listrik bertenaga batubara ke Sumatera atau Kalimantan.

 

Fakta sekarang: daya saing anak bangsa di tingkat global rendah. Restorasi: sekolah gratis sampai tingkat SMA.

 

Itu antara lain restorasi yang dimaksudkan Partai NasDem.  Restorasi memang bukan jalan pintas, namun membutuhkan waktu. Syarat utama restorasi adalah perubahan mendasar, menyeluruh dan terpadu, melibatkan populasi besar dengan pengerahan energi berpikir yang kuat dan terarah dan berjangka waktu panjang.

 

Restorasi yang ujung-ujungnya membuat rakyat negeri ini hidup di "rumah ideal" akan terwujud apabila partai ini berkesempatan menang dan masuk tiga besar dalam Pemilu Legislatif 2019. Semuanya tentu terpulang kepada para pemilih.

Di intern NasDem, saya melihat restorasi itu sudah dilakukan saat ada gelaran pilkada dan menyambut Pileg 2019.

Sebagaimana kita ketahui, proses pencalonan kepala daerah dan pileg, lazimnya berbiaya tinggi. Memangkas biaya "haram", NasDem menerapkan politik antimahar. Anda tidak percaya? Silakan tanya Ridwan Kamil yang kini menjadi gubernur Jawa Barat.

Bagaimana dengan proses pencalegan? Partai ini sama sekali juga tidak meminta mahar atau semacam janji "jika kamu terpilih menjadi anggota DPR, apa yang akan kamu berikan kepada partai" kecuali komitmen menjaga NKRI, konsisten dan konsekuen melaksanakan restorasi Indonesia demi bangsa dan negara.

Partai ini sudah mengingatkan para kadernya, baik yang duduk di pemerintahan, maupun di lembaga legislatif untuk menjaga moral. 

Ada yang membandel, korupsi misalnya? Tanpa ampun, partai langsung memecat atau yang bersangkutan diminta mengundurkan diri tanpa syarat. Partai NasDem tidak harus menunggu keputusan pengadilan, apalagi jika kasus yang dihadapi adalah korupsi.

Banyak yang berprasangka, NasDem adalah partainya orang tua. Saya semula menyangka demikian. Namun, faktanya tidak seperti itu.

Partai ini juga tempat berkumpulnya anak-anak muda. NasDem punya sayap partai, seperti Garda Pemuda dan Liga Mahasiswa.

Pemimpin Redaksi Koran Slank, Setyabudi — ia juga PR grup band Slank yang digandrungi anak muda — bahkan menjadi caleg NasDem untuk DPR-RI di salah satu dapil DKI Jakarta.

Menurut Budy Ace, begitu Setyabudi biasa dipanggil, apa yang diperjuangkan Slank sama dengan apa yang akan direstorasi oleh NasDem. "Oleh sebab itulah sahabat-sahabat saya di Slank mendukung saya menjadi caleg jika memang saya maju lewat NasDem," katanya suatu kali saat ngobrol dengan saya dalam acara Ngopi Sore di Jakarta.

Tekad NasDem untuk menjaga NKRI dan membela negara juga tidak main-main. Didirikannya Akademi Bela Negara (ABN) adalah buktinya. Lewat ABN, NasDem mengajak dan memberikan kesempatan kepada anak-anak muda untuk ambil bagian peduli kepada bangsa, negara, politik dan kepartaian.

Tak banyak yang mengetahui, sebagai partai yang peduli kepada sesama anak bangsa, partai ini juga mempunyai Badan Rescue yang para relawannya siap ditugaskan membantu saudara-saudaranya yang tertimpa musibah bencana alam.

Setiap ada bencana alam di mana pun, Badan Rescue Partai NasDem selalu mengirimkan tim ke daerah bencana. Tim Badan Rescue selalu dilengkapi dengan tenaga medis, seperti dokter dan perawat.

Jangan heran kalau tatkala gempa bumi melanda Lombok beberapa waktu yang lalu, tim Badan Rescue Partai NasDem dipercaya untuk menangani dan melayani sebuah puskesmas di pulau itu lantaran para pegawainya menjadi korban gempa bumi.

Menghadapi Pilkada Serentak 2019 yang di dalamnya ada pemilu legislatif dan pemilihan presiden, NasDem benar-benar all out. Partai ini siap tempur lantaran sesungguhnya NasDem adalah petarung.

Bayangkan, jatah 575 kursi di DPR-RI yang diperebutkan oleh 16 partai politik, semua diisi caleg NasDem. Tak satu pun dapil di seluruh Indonesia yang kosong.

Sebagai petarung, NasDem betul-betul total. Masa depan Indonesia menjadi taruhannya. Karena itulah, hasil survei sejumlah lembaga survei yang menempatkan NasDem dalam posisi keempat atau kelima, bahkan ada yang menempatkan di posisi keenam, tak menjadikan partai ini galau, apalagi putus asa.

Saya percaya semangat pantang menyerah bakal lagi tergaung dan termeteraikan di Solo Jawa Tengah saat keluarga besar partai ini memeringati hari jadinya yang ke-7 hari ini.

Menang menjadi tiga besar pada Pemilu Serentak 2019 bagi NasDem bukan sekadar angan-angan, melainkan spirit yang harus diwujudnyatakan.

Itulah sebabnya mendekati Pemilu Serentak 2019 pada 17 April, semakin banyak anggota masyarakat yang berpaling ke Partai NasDem. 

Melihat dari aktivitas para caleg dan mesin partai belakangan ini, saya yakin NasDem bakal merebut suara yang signifikan menjadi tiga besar. Tanpa NasDem, negeri ini terasa hambar. Indonesia harus nomor 1.

Dirgahayu Partai NasDem.[]

Gantyo Koespradono, Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Add Comment